Skip to main content
Jurnalisme

Seminar Nasional Pekan Komunikasi: Pentingnya Memahami Media Sosial Menjelang Tahun Politik

By Mei 22, 2023Juli 16th, 2023No Comments2 min read

Diskusi dalam Seminar Nasional Pekan Komunikasi. Dari kiri ke kanan: Moderator Manik Marganamahendra, Margaretta Tiojakin, Noudy Valdryno, dan Abigail Limuria. Dok. panitia.

DEPOK — Seminar Nasional Pekan Komunikasi Universitas Indonesia 2023 pada Jumat, 12 Mei di Balai Sidang Universitas Indonesia mengangkat judul “Expectation against Reality: Bingkai Media Sosial dalam Tahun Politik 2024.” Dengan menghadirkan pembicara dari berbagai bidang, seminar yang diadakan sebagai puncak rangkaian acara Pekan Komunikasi tersebut membahas topik tentang masyarakat pengguna media, terutama media sosial, implikasi aktivitas di media sosial, dan bagaimana dinamikanya menjelang pemilihan umum (pemilu) 2024.

Abigail Limuria, Co-Founder What Is Up Indonesia (WIUI) sekaligus Co-Initiator Bijak Memilih memberikan penjelasan tentang bagaimana masyarakat yang menggunakan media sosial telah terikut di dalam pola dan echo chamber. Echo chamber adalah istilah suatu keadaan di mana seseorang hanya akan mendapat informasi yang serupa dengan yang ia yakini. Hal ini terjadi di media sosial dengan adanya algoritma. Ia memberikan gambaran ketika melakukan tindakan di media, “Kita retweet, kita quote-tweet, kita share di IG (Instagram) Story, kita comment, ya akhirnya, algoritmanya naik.”

Sementara itu, Kepala Kebijakan Publik Meta Indonesia, Noudy Valdryno — pembicara lain — turut memberikan pandangannya. Menurutnya, informasi yang didapat masyarakat sebagai pengguna media sosial berpotensi untuk mempengaruhi pandangan masyarakat akan suatu isu. Dalam konteks tahun politik, Ia memperingatkan, “Hati-hati, kalau teman-teman sudah suka pada satu orang, teman-teman akan punya kecenderungan untuk mau ‘makan’ berita tentang orang itu terus-menerus.”

Hadir pula dalam diskusi, Margaretta Tiojakin, Chief Operating Officer The Jakarta Post. Margaretta menambahkan pendapat tentang konsumsi media, bahwa apa yang ada di media sosial tidak bisa sepenuhnya diterima begitu saja, melainkan harus diverifikasi terlebih dahulu. Untuk itu, Margaretta menyampaikan tiga hal yang bisa dilakukan oleh masyarakat dalam menggunakan media sosial secara bijak, dengan menerapkan prinsip jurnalisme.

Diskusi yang berlangsung selama tiga jam tersebut secara keseluruhan memberikan pandangan ahli terkait potensi dampak penggunaan media oleh individu dan masyarakat. Hal yang lebih penting adalah, bagaimana dampak tersebut dimanfaatkan dalam masa menjelang tahun politik 2024. 

Sebagai penegas dari inti pesan diskusi yang disampaikan, Margaretta mengatakan hal yang harus dilakukan, “Digital literacy dan media literacy. Tidak blindly accepting apa yang diberikan media.”