DEPOK — Untuk mendukung perkuliahan, Universitas Indonesia (UI) mengembangkan sistem digital. Dua yang tampaknya paling sering digunakan sivitas akademika adalah SIAK-NG (Sistem Informasi Akademik-Next Generation) dan EMAS (E-Learning Management System). Namun, keduanya belum sepenuhnya memuaskan kebutuhan pengguna.
Hasil survei Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) UI terhadap mahasiswa yang dirilis pada September 2022 menunjukkan, baik SIAK-NG maupun EMAS masih sering mengalami gangguan. Data tersebut menunjukkan mahasiswa paling sering mengalami kesulitan mengakses SIAK-NG dan EMAS.
Keberadaan sistem informasi pendukung pembelajaran tak bisa diabaikan. Terlebih saat kegiatan perkuliahan beralih ke sistem daring (dalam jaringan) sejak merebaknya pandemi Covid-19. Sistem pembelajaran yang handal kian terasa penting.
Di sisi lain, sebagai universitas yang mengantongi akreditas “unggul,” UI seharusnya sudah memenuhi syarat dari segi sarana dan prasarana penunjang. Meski demikian, tampaknya hal ini belum sepenuhnya terpenuhi.
Chandra Kirana, dosen Program Sarjana Departemen Ilmu Komunikasi UI menggunakan dua sistem digital yang disediakan universitas yakni, SIAK-NG dan EMAS, untuk mata kuliah yang diampunya.
Sayangnya, pelaksanaan perkuliahan daring membuat akses terhadap SIAK-NG semakin sulit karena sistemnya boleh jadi belum siap menampung lalu lintas pengguna yang begitu padat. “Beberapa kali down, jadi saya enggak bisa buka EMAS. Padahal, materi pengajaran ada di situ,” tutur pengajar yang biasa disapa Kicky ini.
Selain karena padatnya server yang berujung gangguan, sistem pendataan SIAK-NG dan EMAS juga tidak terintegrasi. Hal ini lantas membuat Kicky beralih menggunakan layanan serupa di luar UI, seperti Google Classroom.
Suka Duka
Pengalaman buruk dengan SIAK dan EMAS juga dialami oleh mahasiswa. Sebagai informasi, melalui EMAS dosen dan mahasiswa bisa mengunggah tugas, melaksanakan ujian, diskusi, hingga saling berkirim pesan.
Namun, Saat ujian yang biasa diadakan serentak, sistem EMAS kadang terganggu, sehingga menghambat proses penyimpanan data jawaban. Rahel Maulitha, mahasiswa jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, misalnya pernah menjadi ‘korban’ galat EMAS. “Ujian! Ujianku pernah hilang, hahaha,” kata Rahel.
Layaknya Rahel, Mitchelle Aura, mahasiswa Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, juga menyadari kekurangan EMAS dan SIAK-NG. Hal ini terutama terkait pengalamannya menggunakan sistem tersebut untuk beberapa mata kuliah.
“Mau isi IRS [Isian Rancangan Studi] di SIAK, kadang error. Pernah gak ter-save setelah isi. Kalau di EMAS, paling waktu kuis, gitu, jadi deg-degan,” tutur Aura.
Mitchelle memang tidak banyak menggunakan EMAS untuk kuliah di jurusan Ilmu Komunikasi. Mata kuliah yang diambilnya kebanyakan menggunakan Google Classroom atau hanya mengandalkan grup percakapan Whatsapp dan pengumpulan tugas melalui Google Drive.
Meskipun demikian, EMAS masih menjadi platform yang diandalkan di beberapa fakultas, salah satunya adalah Fakultas Kedokteran. Dionisius Tonggo, mahasiswa Kedokteran, menggunakan EMAS setiap semester sejak dua tahun lalu untuk semua mata kuliah.
“Semester ini pakai EMAS untuk pembelajaran, buku panduan mahasiswa dan praktikum, jadwal kuliah, dan materi kuliah. Ada juga kegiatan asinkronus, video kuliah atau diskusi dengan dosen—juga untuk ngumpul tugas,” kata Dionisius dalam wawancara.
Dengan kegiatan yang banyak menggunakan sistem digital tersebut, Dionisius merasa EMAS mudah digunakan, “Pakai EMAS, kita enggak perlu print tugas lagi.” EMAS menjadi pilihan yang lebih baik untuk mempermudah beberapa kegiatan akademik, salah satunya pengumpulan tugas.
“Agak capek juga menggunakan SIAK dan EMAS karena SAP [Satuan Acara Perkuliahan] tidak terintegrasi, jadi harus di-input lagi satu per satu secara manual. Itu yang membuat saya tidak terlalu nyaman menggunakan EMAS sejauh ini,” jelas Kicky.
Perbaikan Teknis yang Diperlukan
Sejumlah mahasiswa sepakat bahwa SIAK dan EMAS mempermudah proses pembelajaran. Meski begitu, mereka berharap gangguan dan kekurangan teknis pada seluruh sistem pendukung bisa diatasi.
“SIAK dan EMAS akan bagus banget dan memadai, sih, kalau masalah error waktu high traffic-nya diatasi. Kalau gitu, mungkin enggak akan perlu pakai aplikasi lain lagi,” kata Rahel.
(Maretha Uli)